Senin, 27 Agustus 2012

DISTOSIA


DISTOSIA

Definisi
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan.

Etiologi
Distosia dapat disebabkan karena kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik ), karena kelainan besar anak, bentuk anak ( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat ), letak anak (letak sungsang, letak melintang ), serta karena kelainan jalan lahir.

1. DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS
Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.
a. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik.
Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
Inertia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
  1. Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
  1. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

Penanganan :
  1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
    diperhatikan.
  2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang
    kemungkinan-kemungkinan yang ada.
  3. Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong
    bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat
    dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan
    dilakukan sectio cesaria.
b. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya “tetania uteri” karena obat uterotonika yang berlebihan.
Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
Penanganan
Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.

2. DISTOSIA KARENA KELAINAN LETAK
a)      Letak Sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri.
Macam –Macam Letak Sungsang :
  1. Letak bokong murni ( frank breech )
    Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
  2. Letak sungsang sempurna (complete breech)
    Kedua kaki ada disamping bokong dan letak bokong kaki sempurna.
  3. Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech )
    Selain bokong sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.
Etiologi Letak Sungsang :
  1. Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada ; pada panggul sempit, hidrocefalus, anencefalus, placenta previa, tumor.
  2. Janin mudah bergerak ; pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).
  3. Gemelli
  4. Kelainan uterus ; mioma uteri
  5. Janin sudah lama mati
  6. Sebab yang tidak diketahui.
Diagnosis Letak Sungsang :
  1. Pemeriksaan luar, janin letak memanjang, kepala di daerah fundus uteri
  2. Pemeriksaan dalam, teraba bokong saja, atau bokong dengan satu atau dua kaki.
Syarat Partus Pervagina Pada Letak Sungsang :
  1. Janin tidak terlalu besar
  2. Tidak ada suspek CPD
  3. Tidak ada kelainan jalan lahir
Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.

b)      Prolaps Tali Pusat
Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin setelah
ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat terdepan.
Pada keadaan prolaps tali pusat ( tali pusat menumbung ) timbul bahaya besar, tali pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga menyebabkan asfiksia pada janin.
Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada waktu ketuban pecah bagian terdepan janin masih berada di atas PAP dan tidak seluruhnya menutup seperti yang terjadi pada persalinan ; hidramnion, tidak ada keseimbangan antara besar kepala dan panggul, premature, kelainan letak.
Diagnosa prolaps tali pusat ditegakkan bila tampak tali pusat keluar dari liang senggama atau bila ada pemeriksaan dalam teraba tali pusat dalam liang senggama atau teraba tali pusat di samping bagian terendah janin.
Pencegahan Prolaps Tali Pusat :
► Menghindari pecahnya ketuban secara premature akibat tindakan kita.
Penanganan Tali Pusat Terdepan ( Ketuban belum pecah ) :
► Usahakan agar ketuban tidak pecah
► Ibu posisi trendelenberg
► Posisi miring, arah berlawanan dengan posisi tali pusat
► Reposisi tali pusat
Penanganan Prolaps Tali Pusat :
► Apabila janin masih hidup , janin abnormal, janin sangat kecil harapan hidup
Tunggu partus spontan.
► Pada presentasi kepala apabila pembukaan kecil, pembukaan lengkap
Vacum ekstraksi, porcef.
► Pada Letak lintang atau letak sungsang Sectio cesaria
  1. DISTOSIA KARENA KELAINAN JALAN LAHIR
    Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
a)      Distosia karena kelainan panggul/bagian keras
Dapat berupa :
  1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
    Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.
  2. Kelainan ukuran panggul.
    Panggul sempit (pelvic contaction). Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada :
  1. Kesempitan pintu atas panggul
    Inlet dianggap sempit apabila cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.
  2. Kesempitan midpelvis
  • Diameter interspinarum 9 cm
  • Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.
  • Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO – pelvimetri.
  • Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu persalinan sesudah kepala melewati pintu atas panggul.
  1. Kesempitan outlet
Kalau diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.
Kesempitan outlet, meskipun mungkin tidak menghalangi lahirnya janin,
namun dapat menyebabkan rupture perineal yang hebat. Karena arkus pubis
sempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.
Ukuran rata-rata panggul wanita normal
  1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) :
    Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.
  2. Pintu tengah panggul (midpelvis) :
    Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.
  3. Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :
    Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.
    Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.
b)      Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.
1.Distosia Servisis
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada servik uteri. Walaupun harus normal dan baik, kadang – kadang permukaan servik menjadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.
Ada 4 jenis kelainan pada servik uteri :
  • Servik kaku (rigid cervix)
  • Servik gantung (hanging cervix)
  • Servik konglumer (conglumer cervix)
  • Edema servik
2.Kelainan selaput dara dan vagina
  • Selaput dara yang kaku, tebal
    Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara (hymen)
  • Septa vagina
    ▪ Sirkuler
    ▪ Anteris – posterior
    Penanganan :
    - Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan
    Lancar
    - Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan sectio
    Cesaria
3.Kelainan – kelainan lainnya
¶ Tumor – tumor jalan lahir lunak : kista vagina ; polip serviks, mioma
uteri, dan sebagainya.
¶ Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar.
¶ Rectum yang penuh skibala atau tumor.
¶ Kelainan letak serviks yang dijumpai pada multipara dengan perut
gantung.
¶ Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis.
¶ Kelainan – kelainan bentuk uterus : uterus bikorvus, uterus septus,
uterus arkuatus dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA
Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi. Bandung : Eleman
FKUI Universitas Padjajaran. 1982. Obstetric Patologi. Bandung : Elstar offset
Cunningham, F. Gary. 1995. Obstetric Williams. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry. 1990. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia Medica
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

P4K ( PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI)


P4K ( PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI) 
     P4K dengan Stiker adalah merupakan suatu kegiatan yang di fasiliotasi oleh Bidan di desa dalam rangka peran aktiv suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Adapun Tujuan khusus adanya program P4K adalah :
1. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap rumah ibu hamil yang memuat informasi ttg : lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yg akan digunakan serta pembiayaan.
2. Adanya perencanaan persalinan
3. Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi selama, hamil, bersalin maupun nifas.
4. Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, dukun, klpk masyarakat, dalam perencanaan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, KB pasca salin dengan perannya masing-masing

Manfaat :
1. Mempercepat berfungsinya desa siaga
2. Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standart
3. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil
4. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun
5. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
6. Meningkatnya peserta KB pasca salin
7. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
8. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi

Komponen P4K dengan stiker :
Fasilitas aktiv oleh Bidan :
1. Pencatatan ibu hamil
2. Dasolin/ tabulin
3. Donor darah
4. Transport/ ambulan desa
5. Suami/ keluarga menemani ibu pada saat bersalin
6. IMD
7. Kunjungan nifas
8. Kunjungan rumah

Operasional P4K dengan stiker di tingkat Desa
a. Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/ kelurahan
b. Mengaktifkan forum peduli KIA
c. Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker
d. Pemasangan stiker dirumah ibu hamil
e. Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa
f. Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ ambulan desa
g. Penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan tabulin/ dasolin
h. Pembuatan dan penandatanganan amanat persalinan.

Bagaimana cara rekapitulasi pelaporan
a. Data yg didapat Bidan dari isian stiker dan data pendukung lainnya, dicatat di buku KIA utk disimpan dan dipelajari oleh ibu hamil sbg alat pantau kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan nifas.
b. Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisis laporan dari seluruh bidan desa, laporan dari RB swasta serta pemantauan wilayah setempat tentang KIA (PWS-KIA) dan dilaporkan ke dinas kesehatan kab/ kota perbulan.
c. Dinkes kab/ kota melakukan rekapitulasi dan analisis laporan puskesmas dan yankes ibu dari RS pemerintah/ swasta di wilayahnya kemudian dilaporkan ke propinsi setiap bulan.
d. Dinkes propinsi melakukan rekapitulasi dan analisis laporan dari kab/ kota kemudian di laporkan ke tingkat pusat setiap 3 bulan.
e. Tingkat nasional melakukan rekapitulasi dan analisis laporan dari dinkes propinsi dan melakukan pemantauan berkala, fasilitasi, evaluasi P4K dengan stiker dalam rangka PP-AKI.

      Pedoman P4K dengan stiker merupakan panduan teknis bagi tenaga kesehatan yang bertugas di desa/ puskesmas dalam mengantisipasi berbagai permasalahan yang terkait dengan angka kematian ibu dan bayi.

      Bila dilihat secara mendasar kematian ibu dan bayi dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya sosio ekonomi, demografi dan geografi serta jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Melalui kerjasama antara tenaga kesehatan dengan keluarga, tokoh masyarakat, termasuk dengan forum peduli KIA/ POKJA posyandu dan dengan mendekatkan fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan permasalahan pelayanan kebidanan secara bertahap dapat di tanggulangi.

      Dengan demikian permasalahan kesehatan ibu hamil dan bayi bukan hanya di titikberatkan kepada tenaga kesehatan saja, melainkan juga untuk partisipasi aktif keluarga dan masyarakat melalui kemitraan dan fasilitasi bidan dan forum peduli KIA/ Pokja posyandu yang berbasis masyarakat.

Referensi :
P4K Depkes RI dan USAID dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB

ASUHAN INTRANATAL


ASUHAN INTRANATAL

PENDAHULUAN
Dengan memberikan asuhan intranatal yang tepat dan sesuai dengan standar, diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Pendekatan yang membutuhkan kemampuan analisis yang berhubungan dengan aspek sosial, nilai-nilai dan budaya setempat

TUJUAN
1.Memastikan persalinan yang telah direncanakan
2.Memastikan persiapan persalinan bersih, aman, dan dalam suasana yang menyenangkan
3.Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila diperlukan

SYARAT PERSALINAN DI RUMAH
1.Adanya bidan terlatih untuk menolong persalinan
2.Bidan menjelaskan seluruh proses persalinan dan kemungkinan komplikasi
3.Bidan dipanggil bila ibu mulai kontraksi atau air ketuban pecah
3.Tersedianya ruangan hangat, bersih dan sehat
4.Ibu mempunyai KMS ibu hamil dan kartu KIA
5.Tersedianya sistem rujukan untuk penanganan kegawatdaruratan obs
6.Adanya kesepakatan antara bidan dan ibu/keluarga
7.Tersedianya alat transportasi
8.Tersedianya peralatan yang lengkap dan berfungsi

PERSIAPAN RUMAH DAN LINGKUNGAN
a.Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu :
a)Rumah cukup aman dan hangat
b)Tersedia ruangan untuk proses persalinan
c)Tersedia air mengalir
d)Terjamin kebersihannya
e)Tersedia sarana media komunikasi

b.Rumah
Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu dan syarat rumah diantaranya :
a)Ruangan sebaiknya cukup luas
b)Adanya penerangan yang cukup
c)Tempat nyaman
d)Tempat tidur yang layak untuk proses persalinan

PERSIAPAN PERALATAN
Perlengkapan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan persalinan di rumah :
1.Persiapan untuk pertolongan persalinan
- Waskom
- Sabun cuci
- Handuk kering dan bersih
- Selimut
- Pakaian ganti
- Pembalut
- Kain pel
- Lampu
2. Persiapan Untuk Bayi
- Handuk Bayi
- Tempat Tidur Bayi
- Botol air panas untuk menghangatkan alas
- Pakaian bayi
- Selimut bayi

PERSIAPAN KELUARGA
Keluarga telah mengambil keputusan bahwa persalinan dilakukan dirumah dan bersedia/mampu memberikan dukungan yang diperlukan
Kegiatan rumah tangga secara rinci untuk membentuk jaringan kerja

MANAJEMEN ASUHAN INTRANATAL
Asuhan intranatal yang diberikan harus baik dan benar sesuai dengan standar, sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian atau kesakitan ibu dan bayi

INTRANATAL DI RUMAH
1.Asuhan Persalinan Kala I
Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam pertolongan persalinan yang bersih dan aman
Bidan perlu mengingat konsep tentang konsep sayang ibu, rujuk bila partograf melewati garis waspada atau ada kejadian penting lainnya

2.Asuhan Persalinan Kala II
Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi
Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan rujukan

3.Asuhan Persalinan Kala III
Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam melakukan manajemen aktif kala III
Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah mencegah kejadian perdarahan, karena penyebab salah satu kematian pada ibu.

4.Asuhan Persalinan Kala IV
Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala IV.

KEGAWATDARURATAN PERSALINAN
a.Jangan menunda untuk melakukan rujukan
b.Mengenali maslah dan memberikan instruksi yang tepat
c.Selama proses merujuk dan menunggu tindakan selanjutnya lakukan pendampingan secara terus menerus
d.Lakukan observasi Vital Sing secara ketat
e.Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress
f.Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat kasus dengan singkat


DAFTAR PUSTAKA
Depkes Ri. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta
Depkes Ri. (2003). Buku Kesehtan Ibu Dan Anak. Jakarta
Pelayanan Obstetri Dan Neonatal Emergensi Komprehensif (Ponek) Asuhan Neonatal Essensial. 2008