Selasa, 19 Juni 2012

Masalah gizi pada ibu menyusui

Masalah gizi pada ibu menyusui

Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pang-an, pemecahanya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pang-an. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis ( bencana kekeringan, pe-rang, kekacauan social, krisis ekonomi ), masalah gizi muncul akibat masalah keta-hanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga mempe-roleh makanan untuk semua anggotanya.Menyadari hal itu , peningkatan status gizi ma-syarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyara-kat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah mutunya.
           
                
Masalah gizi yang ditemui pada ibu menyusui antara lain :
1.  Anemia gizi
2.  Kurang vitamin a
3.  Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI)
4.  Kekurangan energi protein (KEP)
5.  Kekurangan vitamin d

1. Anemia Gizi       
            Penyebab utama anemia gizi adalah kekurangan zat besi (Fe) dan asam folat yang seharusnya tak perlu terjadi bila makanan sehari hari beraneka ragam dan memenuhi gizi seimbang. Sumber makanan yang mengandung zat besi yang mudah diabsopsi tubuh manusia adalah sumber protein hewani seperti ikan, daging, telur, dsb. Sayuran seperti daun singkong, kangkung, bayam dsb juga mengandung zat besi akan tetapi lebih sulit absorpsinya di dalam tubuh.

Asupan folat yang cukup penting untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini juga terlibat dalam pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah. Seorang wanita menyusui menbutuhkan 280 mikrogram per hari.

Folat terdapat dalam sayuran berdaun hijau, kacang polong, jeruk, wartel, pisang, alpukat, gandum utuh, sereal dan biji-bijian dan hati.
Penyebab langsung & tidak langsung defisiensi Fe (Sumber M. Husaini dkk) :
 1. Jumlah Fe dalam makanan tidak cukup
            -  Ketersediaan Fe dalam makanan kurang
            -  Kwalitas & kwantitas makanan kurang
            -  Social ekonomi rendah
 2. Penyerapan zat besi dalam tubuh rendah
     Komposisi makanan kurang beraneka ragam
     Terdapat zat penghambat penyerapan zat  besi  , minum tablet besi dengan  tablet calsium   sehingga zat    besi tidak dapat diserap maksimal
 3.  Kebutuhan zat besi yang meningkat
 4.  Kehilangan darah




Contoh menu Gizi seimbang untuk mencegah anemia :
  Sarapan pagi
-  Telur matang 1 buah
-  Susu rendah lemak 200 ml (1 gelas)
  Selingan : bubur kacang hijau 1 mangkuk
  Makan Siang
-  Nasi 2 x ¾ gelas belimbing ( 200 gram )
-  Tumis kangkung
-  Semur daging kentang (1 potong sapi 50 gram)
-  Sup kacang merah 1 mangkuk
-  Air jeruk 1 gelas
  Selingan sore : kue sus 1 buah
  Makan malam :
-  Nasi 2 x ¾ gelas belimbing (200 gram)
-  Capcay 1 mangkuk kecil
-  Ayam angkak ( 2 potong ayam)
-  Sapo tahu 1 mangkuk kecil
-  Juice strawberry 1 gelas
  Sebelum tidur : susu rendah lemak 1 gelas (200 ml)



2. Kekurangan vitamin A
            Pada ibu menyusui, Vitamin A berperan penting untuk memelihara kese-hatan ibu selama masa menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena Kurang Vitamin A (KVA).

            Rendahnya status vitamin A selama masa kehamilan dan menyusui beraso-siasi dengan rendahnya tingkat kesehatan ibu. Pemberian suplementasi vitamin A dosis rendah setiap minggunya, sebelum kehamilan, pada masa kehamilan serta setelah melahirkan telah menaikkan konsentrasi serum retinol ibu, menurunkan penyakit rabun senja, serta menurunkan mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan hingga 40 %.

            Semua anak, walaupun mereka dilahirkan dari ibu yang berstatus gizi baik dan terlahir dengan cada-ngan vitamin A yang terbatas dalam tubuhnya hanya cukup memenuhi kebutuhan untuk sekitar dua minggu. Pada bulan-bulan perta-ma kehidupannya, bayi sangat bergantung pada vitamin A yang terdapat dalam ASI. Oleh sebab itu, sangatlah penting bahwa ASI mengandung cukup vitamin A.

            Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI akan berisiko lebih tinggi terkena Xeropthalmia. Rabun senja merupakan indikator fungsional yang penting dari masalah KVA.

            Bahkan hampir 10 % dari ibu tidak hamil me-ngalami rabun senja. Tingginya prevalensi tersebut menunjukkan bahwa KVA merupakan masalah potensial bagi ibu serta bayi yang disusuinya .

Penanggulangan KVA Pada Ibu Menyusui
           
KVA dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, seperti forfikasi berbagai produk makanan, pening-katan ketersediaan dan konsumsi makanan yang me-ngandung vitamin A.

Vitamin A ditemukan pada makanan yang biasa dikonsumsi, seperti telur, hati, buah-buahan berwarna oranye, seperti mangga dan papaya masak, serta sayuran berdaun hijau.


3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
  Gangguan akibat kekurangan yodium mengakibatkan terjadinya gondok atau pembengkakan kelenjer tiroid di lehe dan kretinisme,
  Yodium merupakan nutrisi penting untuk memastikan perkembangan normal dari otak dan sistem saraf pada bayi dan anak-anak muda
  Pada ibu menyusui, kekurangan yodium dapat mengakibatkan pengaruh negatif pada sistem otak dan saaraf bayi dan menghasilkan IQ lebih rendah
  Asupan harian yodium ibu menyusui yang harus dipenuhi adalah 250 mg per hari
  Laut merupakan sumber utama yodium, oleh karna itu laut merupakan sumber yodium yang baik. Ibu menyusui dianjurkan makan makanan laut, seperti ; ikan, udang dan karang


4.  KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)/PROTEIN ENERGI MALNUTRITION  (PEM)
  • Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.
  • Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki)
  • Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition)
  • Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor
  • Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas
Penyebab
  • Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah
  • Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
  • Pengetahuan yang kurang tentang gizi
  • Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor
  • Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
  • Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI
  • Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan
  • Pertumbuhan mengurang atau berhenti
  • BB berkurang, terhenti bahkan turun
  • Ukuran lingkar lengan menurun
  • Maturasi tulang terlambat
  • Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
  • Tebal lipat kulit normal atau menurun
  • Aktivitas dan perhatian kurang
  • Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Pembagian
1.       Marasmus
  1. Kwashiorkor
  2. Marasmus-kwashiorkor
1.      Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Penyebab
  • Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan
  • Kebiasaan makanan yang tidak layak
  • Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
Tanda dan gejala
  • Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
  • Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
  • Mental cengeng
  • Feces lunak atau diare
  • Rambut hitam, tidak mudah dicabut
  • Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit menghilang
  • Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur
  • Torax atau sela iga cekung
  • Atrofi otot, tulang terlihat jelas
  • Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
  • Frekuensi nafas berkurang
  • Kadar Hb berkurang
  • Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin

2.      Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Penyebab
  • Kekurangan protein dalam makanan
  • Gangguan penyerapan protein
  • Kehilangan protein secara tidak normal
  • Infeksi kronis
  • Perdarahan hebat
Tanda dan gejala
  • Wajah seperti bulan “moon face”
  • Pertumbuhan terganggu
  • Sinar mata sayu
  • Lemas-lethargi
  • Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
  • Rambut merah, jarang, mudah dicabut
  • Jaringan lemak masih ada
  • Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak keriput)
  • Iga normal-tertutup oedema
  • Atrofi otot
  • Anoreksia
  • Diare
  • Pembesaran hati
  • Anemia
  • Oedema
3.      Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor
Penatalaksanaan
Secara umum
  • Ruangan cukup hangat dan bersih
  • Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)
  • Pencegahan infeksi nosokomial
  • Penimbangan BB tiap hari
Secara khusus
Resusitasi dan terapi komplikasi
  • Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau infus)
  • Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin A
  • Terapi Ab bila ada tanda infeksi atau sakit berat

4.     Kekurangan vitamin D pada ibu menyusui
Fungsi utama ibu menyusui adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan C. Vitamin D diperoleh tubuh melalui sinar matahari dan makanan. Kekurangan vitamin D lebih mungkin terjadi di negara yang tidak selalu mendapat sinar matahari.

Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa. Biasanya terjadi pada wanita yang konsumsi kalsiumnya rendah, tidak banyak mendapat sinar matahari dan pada ibu menyusui.

Pada ibu menyusui dianjurkan makan makanan hewani yang merupakan sumber utama vitamin D dalam bentuk kolekalsiferol, yaitu kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati-ikan.

Seorang ibu menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari untuk dapat menyusui bayinya dengan sukses. 300 kalori yang dibutuhkan oleh si bayi datang dari lemak yang ditimbun selama kehamilan. Artinya, seorang ibu menyusui tidak perlu makan berlebihan, teyapi cukup menjaga agar konsumsi gizinya seimbang.

            Ibu menyusui cepat merasa haus, karena ibu menyusui harus minum sebanyak mungkin seperti : air, susu sapi, susu kedelai, jus buah segar, dan sup. Saat menyusui, minuman keras sebisa mungkin dihindari  karena dapat membahayakan bayi dan mengurangi produksi susu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu menyusui :
1. pengaruh makanan erat kaitannya dengan   volume ASI  yang diproduksi per hari.
2. protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20 gram protein sehari
3. suplementasi, jika makan sehari seimbang, supleentasi tidak diperlukan kecuali  kekurangan satu atau lebih zat gizi.
4. aktivitas 


KEBUTUHAN ZAT GIZI IBU MENYUSUI
           
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi yang baik adalah 70 kal/100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan.

            Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari  selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2300-2700kal ketika menyusui. (Dudek,2001)

a.      Protein
Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.

b.  Cairan
      Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi  adalah asupan cairan. Dianjurkan  ibu menyusui minum 2-3 liter/hari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah.

c.  Vitamin dan Mineral
     kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi daripada selama  hamil.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier sunita, 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
http;//www.health.qld.gov.au

Tidak ada komentar:

Posting Komentar